Surat Untuk Arkeolog - Patra Rengga Dikemas 11/04/2003 oleh Editor KUPERSEMBAHKAN UNTUK AL QUDS Jakarta, 31 Maret 2003 Untuk Oomku Prof. Drs. Nurhadi Rangkuti Di bumi syuhada Palestina Assalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh, Hoe gaat het met jou, Oom Kooty? Semoga tetap berada dalam lindungan Nya. Kami disini baik-baik saja, meski banyak demonstrasi menentang agresi Pasukan Koalisi imperialis terhadap Iraq disini. Dan Oom tak usah khawatir tentang ibuku yag bekerja di McD’s sebagai pelatih McKids, karena rezeki dan nasib berada dalam genggamanNya. Aku sungguh bangga sekaligus iri ( apa iri yang ini termasuk dosa?) kepada Oom Kooty. Aku bangga karena Oom bersikukuh untuk tetap melakoni profesi sebagai Arkeolog, walaupun banyak orang yang memandang sebelah mata (maaf bila aku menyinggung orang-orang tertentu). Aku juga iri karena Oom Kooty dapat mengunjungi tempat-tempat yang eksotik sekaligus mistik dam mempunyai sejarah yang panjang, namun terlupakan. Mungkin karena kekukuhan hati itulah membuat Oom Kooty dapat menjejakkan kaki di tanah Palestina yang suci. Meniti jejak langkah manusia Palestina melalui situs-situs prasejarah yang mereka tinggalkan. Mungkinkah mereka sengaja meninggalkannya agar kita dapat membaca peradaban mereka dimasa lalu. Itukan yang Oom sedang lakukan disana? Palestina telah ditakdirkan oleh Allah SAW untuk menjadi tempat para Nabi dan Rasul yang membawa bendera monoteisme dan mengajak masyarakatnya untuk patuh kepada ajaran tersebut. Dalam surat sebelumnya, Oom Kooty menulis bahwa Palestina telah menyaksikan berbagai model kepemimpinan dan kekuasaan oleh para Nabi dan penguasa lainnya. Mereka harus menghadapi banyak peperangan sengit untuk menegakkan bendera kebenaran di atas tanah yang berkah ini. Dalam menghadapi klaim-klaim Yahudi kontemporer akan hak mereka di Palestina, banyak para sejarawan (semoga Oom Kooty tidak termasuk kedalamnya) hanya terpaku sibuk dengan ilmu-ilmu arkeologi dan menyebutkan berbagai bangsa yang mendiami wilayah ini, memerintah, melewati dan berapa masa kekuasaan masing-masing dari mereka di sana yang pada akhirnya hanya sampai pada kesimpulan bahwa masa di mana Yahudi berkuasa di sana sepanjang sejarah sangat singkat sekali dan terbatas pada wilayah-wilayah tertentu saja dibandingkan dengan bangsa Arab dan muslim. Benar bahwa Allah telah memberikan tanah ini kepada Bani Israel di saat mereka berjalan dan mengikuti jalan Allah, di saat mereka menjadi representasi umat tauhid pada zaman yang lampau. Kendati syariat ini terikat erat dengan seberapa jauh komitmen mereka kepada tauhid dan manhaj Allah. Maka ketika mereka ingkar kepada-Nya, berbuat dosa kepada rasul, membunuh para nabi, merusak seluruh janji-janji dan piagam-piagam mereka. Mereka menolak untuk mengikuti risalah Islam yang telah dikabarkan oleh para nabi kaum ini. Oleh karena itu legitimasi atas pemerintahan tanah suci ini harus diberikan kepada umat yang tetap berjalan di atas jalan para nabi dan menjunjung tinggi bendera ajaran mereka yaitu umat Islam. Persoalan yang ada di dalam pemahaman kita bukan berhubungan dengan bangsa, keturunan dan kaum, namun lebih kepada loyalitas untuk mengikuti jalan dan manhaj ini. Sungguh menggugah hati jurnal yang Oom Kooty tulis mulai dari pencarian jejak manusia Palestina di masa lalu di gua-gua Al Natoof di sebelah utara Al Quds (Jerussalem), mencari sisa peradaban Zaman Batu Perunggu (4500 – 3300 S.M) di wilayah Beer Sheba antara pegunungan Hebron (al kholil) dan Laut Mati serta pesisir Al Khudiera, hingga daerah utara Nablus mencari bukti-bukti zaman-zaman bersejarah di Palestina yang ditandai dengan adanya bukti tulisan pada permulaan Seribu Ketiga sebelum Masehi. Rasa penasaran kini menjalar ke seluruh tubuhku menanti jurnal Oom Kooty yang berikutnya. Pasti surat Oom Kooty itu akan dipenuhi dengan tempat-tempat yang belum pernah aku dengar sebelumnya dan kisah-kisah yang menakjubkan dibelakangnya. Aku siap membacanya karena aku haus akan kebenaran terutama kebenaran tentang siapa yang sebenarnya berhak untuk mendiami tanah suci Palestina. Teruslah mencari bukti-bukti itu, Oom Kooty. Insya Allah segala peluh yang keluar, bahu yang tegang, varises yang menjajah kaki, kepala yang terpasung oleh terik matahari, dan dahaga yang mencekik leher demi menemukan sisa-sisa peradaban manusia Palestina di masa lalu akan terbayar oleh ridha Allah. Amien. Sekarang Oom Kooty beristirahatlah. Teguhkan hati tetapkan niat. Bawalah oleh-oleh kebenaran untuk kami. Sampaikan salamku untuk anak-anak Palestina yang tetap riang meski moncong senapan selalu mengawasi. Wassalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh. Salam hangat, Keponakanmu Patra Rengga